R. A. WALEWANGKO

Karate is his Soul Mate.

Richard Arnold Walewangko, masih aktif membina di usianya 73 tahun di tahun 2019 ini. Beliau tidak pernah berhenti membina Karate, baginya Karate sudah seperti Soul Mate alias belahan jiwa. Bahkan pasca operasi jantung pada tahun 2012, Walewangko segera kembali latihan dan membina di dojo.

Pria kelahiran  3 Mei 1946 di Tolitoli, Sulawesi Tengah ini tetap bugar, dapat disebabkan karena beliau pernah bertugas di TNI AL tahun 1968 – 1988. Sebelum berlatih di PMK Kyokushinkai, beliau sempat aktif bertinju (yg mengakibatkan pendengarannya sedikit mengalami gangguan sekarang ini). Ketika berlatih Kyokushinkai, beliau jatuh cinta dan memutuskan berhenti dari bertinju.

Saat membina, teriakan Kiai nya masih lantang dan keras, “Teriakan ini juga yang bikin jantung saya bisa tetap kuat meskipun sudah pernah operasi jantung dan pasang ring satu”, jelasnya. Dengan berteriak terus di setiap latihan, beliau merasakan jantungnya terus terpompa dan semakin membaik. Penyempitan pembuluh yg pernah dialami jantungnya tidak memburuk lagi. Sebenarnya setelah operasi dia disarankan oleh dokter untuk beristirahat lama. Tetapi karena merasa tubuhnya tidak seperti orang sakit, Walewangko kembali membina sekaligus berlatih karate kembali. Selisihnya hanya tiga hari pasca operasi.

“Jadi, saya ibaratnya memang nggak pernah berhenti latihan. Paling lama nggak latihan mungkin seminggu aja kalau lagi liburan akhir tahun sama tahun baru”, jelasnya. Dengan melakukan latihan karate, Walewangko merasa lebih muda lagi dan sehat.

“Kalau di tempat saya latihan dan mengajar itu, yang paling tua usianya 50 tahun, ya saya merasa seumuran sama dia. Rasanya memang begitu”, ungkapnya.

Dalam seminggu, Walewangko mengajar mulai Senin sampai Jumat. Setiap hari melatih selama dua jam. Walewangko yang pernah mengikuti World Open Karate Tournament I tahun 1975 di Tokyo Jepang, mengatakan tidak ingin pensiun dari mengajar Karate. “Usia berapapun, saya akan terus berlatih dan mengajar. Nggak pernah kepikiran buat pensiun. Kecuali, memang saya sudah tidak bisa bergerak lagi”, jelasnya.

Ada sebuah cerita dari salah satu teman seperguruan yang juga mengalami hal yang sama dengan Walewangko terkait dengan Operasi jantung. “Setelah operasi yang pertama dia kan masang ring satu kayak saya. Terus, setelah 1 – 2 tahun, nambah lagi ring. Sampai sekarang, ringnya sudah lima. Itu mungkin terjadi karena dia berhenti berlatih”, tuturnya. Dari pengalaman tersebut, selain  tetap menjalani hobi Karate sejak usia 20 tahunan ini, dia ingin tetap membuat jantungnya terpompa dengan baik lewat latihan-latihan yang dilakukan setiap melatih. “Soalnya kalau di perguruan Karate Kyokushinkai Karate-do Indonesia ini, meskipun saya melatih, saya juga mempraktekkan barengan sama yang lain, tidak cuman kasih komando”, terangnya.

Beliau berpesan kepada seluruh warga Perguruan :

Oss. Tetap Semangat untuk Berlatih dan terus Berlatih serta Bersama kita membangun Kebersamaan demi Mewujudkan Cita2 Hanshi Nardi T Nirwanto SA. Oss??