Tahun 1976 Perguruan mengalami musibah yang dahsyat. Delapan karateka senior ditelan ombak Pantai Ngliyep, Malang Selatan. Pagi itu hari Minggu tanggal 5 September 1976 rombongan karateka dari Surabaya lebih dari 100 orang menuju Pantai Ngliyep dengan bis.
Tahun sebelumnya jumlahnya lebih besar karena diikuti Cabang Malang, Pare, Kediri dan semuanya berjalan dengan baik hingga larut sore mereka baru pulang dengan selamat dan penuh kegembiraan. Pantai Ngliyep, kira-kira 100 meter dari pantai, terkenal agak curam sehingga arus balik dari pantai ke laut bisa menghanyutkan apa saja yang berada dialurnya pada saat air laut pasang, karenanya berenang dihindari kecuali laut dangkal pada jam-jam tertentu.
Walau amat berbahaya, tidak ada tanda ‘Dilarang Berenang‘ saat itu. Baru diberi ‘Tanda‘ setelah kejadian dibawah ini. Biasa di Indonesia yang selalu terlambat dalam mengantisipasi kejadian. Bertindak setelah terjadi serta rasa kemanusiaan sering diabaikan.
Demikianlah dengan kisah dibawah ini. Nardi sebenarnya tidak bermaksud ikut berekreasi karena sesuai rencana hari Jumat tanggal 3 September akan pulang ke Batu (Kantor untuk urusan keluar berada di Surabaya waktu itu) karena tanggal 7 September adalah hari ulang tahunnya.
Karena diminta dan sangat diharapkan bisa hadir oleh Manager Cabang Surabaya yang sekaligus sebagai pimpinan rombongan, untuk memberi wejangan kepada warga peserta rekreasi tersebut, Nardi menyanggupinya untuk hadir tetapi berangkat dari Batu dan berjumpa di pantai Ngliyep minggu pagi.
Sebenarnya, tujuan Manager Cabang Surabaya mengadakan kegiatan ini adalah untuk menghimpun sedikit dana untuk keperluan cabangnya sambil bersantai. Pilihan lain adalah; menyelenggarakan Kejuaraan Karate secara sederhana. Tetapi pilihan warga condong untuk berekreasi ke Pantai Ngliyep, Malang Selatan karena memang cukup bagus dan bisa menawan hati pengunjung untuk datang ke pantai Pasir Putih ini.
–BERSAMBUNG–