Nardi makin merasa tertekan dan tak berdaya sedangkan kiriman dana dari Tanah Air untuk keperluan sehari hari, membayar sewa kamar, biaya latihan dan biaya hidup yang tidak ringan sering datang diluar jadwal yang telah ditentukan apalagi dana untuk tiket pesawat yang mencukupi. Untuk makan sehari hari Nardi sering mendapat bantuan dari teman yang berada di kamar sebelah yang hampir setiap pagi selalu menyediakan sarapan dan makan sebelum pergi kerja karena menyadari kesulitan yang dihadapi Nardi kala itu.
Madam N pemilik rumah yang memang menerima Persewaan Kamar baik untuk karyawan maupun pelajar dan umum ini adalah seorang yang keras, tegas dan disiplin dalam menjalankan ketentuan dan peraturann di tempat kostnya, toch bisa menyadari keadaan Nardi atas keterlambatan pembayaran uang persewaan kamar, bahwa; keadaan ini bukan karena kelengahan dan sikap seenaknya dalam menyelesaikan kewajibannya, tetapi semata-mata karena memang pengiriman dana dari Indonesia yang terlambat dan tahu betapa gelisahnya Nardi sehingga merasa iba juga.
Toleransi diberikan penuh untuk semua ini dan Nardi sebagai pihak yang tidak berdaya berusaha selalu bersikap sebaik mungkin. Madam N yang sehari-hari agak bersikap angkuh dan tidak gampang bergaul secara terbuka malahan beberapa kali mengundang Nardi makan bersamanya dan selalu bersikap ramah, padahal penghuni lain terlambat satu – dua hari saja dalam membayar sewa kamar sudah membuat Madam marah-marah. Ini semua malahan membuat Nardi merasa sungkan kepada penghuni yang lain melihat janda berusia 65 tahun yang biasanya kurang bersahabat ini bersikap lain kepada Nardi.
Hal yang luar biasa yang barangkali karena Yang Maha Pemurah diatas merestui dan meringankan beban penderitaan anak manusia yang mengalami masa sulit ini untuk bisa bertahan menghadapi halangan yang hampir bisa dipastikan membawa kegagalan dalam mencapai keinginannya, sehingga orang lainpun berbelas kasihan dan membantu dengan nyata tanpa pamrih. Suatu kejadian yang sangat meringankan keadaannya.
Suatu hari terjadi peristiwa yang sangat mendebarkan, betapa tidak!. Untuk membeli makanan sehari hari saja sering mengalami kesulitan karena terhalang dana yang tidak mencukupi. Untuk penghematan maka di dalam kamar tersedia alat pemanas kecil sederhana dan bahan bakar spiritus yang digunakan untuk memasak bahan instant sehari hari daripada membeli makanan diluar yang pasti lebih mahal.
Suatu hari, tiba tiba, tanpa sengaja botol berisi spiritus tersebut terdorong dan isinya tumpah. Segera secepat kilat api menjilat tumpahan bahan bakar yang sangat disukai api itu yang terletak tidak jauh dari tempat pemanas itu. Karena panik, Nardi mencoba memadamkan kebakaran ini dengan segera tetapi jilatan api malahan memercik kesegala arah laksana meloncat kesegala sudut ruang dalam bentuk kobaran kecil kecil. Kasur spons tempat tidur segera terjilat api dan baju Nardi yang tergantung didindingpun tak luput dari keganasan api dan segera terbakar karena memang terbuat dari bahan yang tipis dan mudah terbakar pula.
Nardi tidak sempat menangani baju tersebut karena terpaku untuk menyelamatkan kasur tempat tidurnya yang merupakan inventaris kamar walau sadar, disaku atas baju tersebut ada uang terakhir yang dimilikinya untuk keperluan sehari hari sebesar S $ 10.00 dan yang mengherankan, walau baju itu segera musnah dilalap si jago merah tapi api berhenti dan padam disekitar saku baju dan uang S $ 10.00 terselamatkan. Sungguh luar biasa !
Kerusakan yang terjadi didalam kamar ini dengan hati takut yang luar biasa karena merasa bersalah, segera dilaporkan kepada Madam N. Yang lebih aneh lagi, walau hal ini merupakan pelanggaran yang sulit ditolerir, mempergunakan api dan memasak didalam kamar tidur dengan spiritus, dimanapun dilarang dan sangat berbahaya, Madam tidak menjadi marah dan hanya berpesan jangan dilakukan lagi. Semua dianggap selesai. Kasur diganti yang baru beserta kain penutupnya. Madam benar-benar terlihat terlalu bertoleransi dalam memberikan perlakuan istimewa pada Nardi.
Bukankah ini agak luar biasa. Tuhan Maha Besar dan Penuh Kasih selalu melindungi perjalanan Nardi yang penuh percobaan seperti yang terjadi dikemudian hari.
Tiada jalan lain bagi Nardi setelah menunggu lebih dari dua bulan dana tetap tak kunjung datang serta tidak ada kepastian, maka Nardipun harus memilih satu diantara dua pilihan yang amat sulit dan menentukan kelanjutan jalan mencapai cita-citanya. Kembali ke Indonesia dan membawa kekecewaan bukan bagi dirinya saja tetapi dan terutama akan sangat dirasakan para pelatih pembantunya yang sudah dengan tekun dan dengan harapan penuh menginginkan Nardi bisa membawa hasil demi kemantapan Perguruan dari hasil yang dicapainya di Tokyo Honbu. Lagipula anggotapun sudah mengetahui dan ikut bangga sekiranya tujuan dan cita cita panutannya bisa terlaksana dengan baik berupa hasil yang pasti bisa dikembangkan dan lebih berbobot setibanya di Tanah Air.
Tekad kedua yang merupakan usaha tidak mudah yaitu; terus berusaha untuk bisa merealisir cita-citanya semula dan harus bersabar. Memang tidaklah berlebihan bahwa cita-cita yang sulit dan berliku-liku ini untuk mencapainya hanya bisa berhasil apabila memperoleh bantuanNYA yang luar biasa. Nardi tidak lupa mohon pada kedua orang tuanya di Indonesia untuk selalu berdoa baginya agar sanggup bertahan dan menembus segala rintangan yang tidak mungkin teratasi tanpa ada sesuatu yang diluar kemampuannya.
Hal ini sangat disadari Nardi karena kemustahilan yang makin nyata tetapi bagaimanapun apabila kehendakNYA memang berkenan, maka berbaliklah segala kesulitan ini menjadi kesuksesan dan keberuntungan akan berpihak kepadanya, walau terhadap hal yang muskilpun.
Hampir setiap pagi sebelum kantor Kedutaan Jepang dibuka, Nardi sudah menunggu di pintu masuk. Saat Kantor Imigrasi dibuka Nardi selalu berusaha ingin menjumpai Kepala Bagian Imigrasi yang berwenang dan dikenal sebagai Mr.Wong (Mr.Oey), seorang berkewarganegaraan Singapore yang bertugas di Kedutaan Besar Jepang di Singapore, tetapi tiap kali gagal. Nardi tidak berputus asa dan setelah dijelaskan maksud dan tujuan berkali kali mengapa ingin menghadap bagian Imigrasi, tetap ditolak.
Nardipun tetap tidak berputus asa, karena didorong semangat untuk bisa berhasil walau kesempatannya amat sempit. Tanpa jemu dan putus asa didatanginya lagi dan lagi Kantor Imigrasi yang terletak di Gedung Kedutaan Jepang ini dan setelah sekian kali ada keajaiban terjadi. Pegawai Kantor Imigrasi memanggil Nardi dengan tangannya dan malahan menyuruh minggir mereka yang sudah antri menunggu giliran dan minta agar Nardi segera menulis data di kolom formulir yang sudah tersedia khususnya segala maksud tujuannya pergi ke Jepang.
Setelah formulir terisi sesuai dengan kolom-kolom yang tersedia dan dikembalikan kepada Pegawai tadi, tidak lama Nardi dipanggil lagi dan dipersilahkan masuk ke Kantor Kepala Imigrasi dan diterima Mr.Wong dengan ramah. Tanya jawab terjadi dan setelah puas, Mr.Wong masuk untuk memberi laporan kepada Duta Besar Jepang di Singapore dan keajaiban utama terjadi tanpa terduga. Dengan muka berseri Mr.Wong menyampaikan kabar istimewa dan menggembirakan. Nardi diberi ijin tinggal dengan segala kekurangannya selama enam bulan di Jepang dan bisa diperpanjang apabila diperlukan.
Suatu yang luar biasa telah terjadi. Ini semua dirasa oleh Nardi hanya karena bantuanNYA. Kegembiraan yang tak terucapkan. Titik-titik air mata tak terbendung. Rekan-rekan di Singapore dan bahkan Mr. Peter Chong tampak keheranan waktu mendengar cerita Nardi dan Nardipun mempersiapkan segala keperluan untuk segera berangkat ke Tokyo dan semuanya berjalan dengan lancar.
Pertama Nardi menghubungi Tokyo Honbu memberitahu akan kedatangannya. Menghubungi melalui telegram Sdr.Yan Okuyama yang tinggal di Tonan Asia Gakusei Ryuu di Ikebukuro dimana Tokyo Honbu terletak tidak jauh dari situ, dipimpin Pendeta Katoh.
Juga dihubunginya Atsushi Kanamori sensei di Nagoya. Hari keberangkatan pun tiba. Malamnya oleh rekan-rekan berlatih diadakan santap malam perpisahan. Mr. Peter Chong juga hadir dan diundang. Tidak sepatah katapun ….……….…. membisu……………..keluar darinya kepada Nardi, malahan pada saat pulang dan turun dari mobil, segera Nardi mendekatinya untuk menyampaikan ucapan selamat tinggal, belum sempat mengulurkan tangan, Mr.P.Chong sudah berbalik muka dan meninggalkan Nardi masuk rumahnya. Warga senior tampak kaget melihat adegan ini.
–BERSAMBUNG–