DIDIK SOETJIPTO

Didik Soetjipto lahir di Bondowoso, 13 Desember 1958. Memulai latihan Karate di Pembinaan Mental Karate Kyokushinkai Karate do Indonesia, di Dojo Umum Bondowoso pada usia 14 tahun (masih bersekolah kelas 6 SD) sekitar tahun 1972. Saat itu Asisten Instrukturnya (red: sekarang disebut Pembina) Senpai Unang Hendrawan. Setelah lulus latihan khusus Asisten Instruktur di tahun 1974 (waktu itu masih Kyu 4) ditugaskan melatih di Bondowoso, Jember, Situbondo, Banyuwangi.

DOJO BONDOWOSO tahun 1975
DOJO JEMBER tahun 1980 an.

“Seluruh hidup saya abdikan hanya untuk berlatih dan melatih Karate di Pembinaan Mental Karate. Praktis hidup saya hanya melatih Karate saja. Sehingga tidak pernah bekerja (bisnis). Terus saya aktif melatih ber pindah2 tempat karena dimasa itu Asisten Instruktur di Pembinaan Mental Karate sangat langka dan sedikit jumlahnya”, demikian beliau berkisah.

Saat itu, satu Asisten Instruktur bisa menangani sampai minimal 4 Dojo. “Saya juga dikirim (diutus) melatih ke Tegal, Pekalongan, Cirebon, Bandung, Medan, Surabaya dan Malang.

DOJO TEGAL

Tahun 1981 ditugaskan merintis Perguruan dan melatih di Padang. Saat itu ada 8 Dojo di Padang dengan total warganya ada 1000 an. “Dalam seminggu saya melatih hingga 16 x. Tingkatan Dan I saya peroleh sekitar tahun 1979.”

DOJO PADANG tahun 1982

Tahun 1979 terpilih sebagai wakil Indonesia dalam Kejuaraan Dunia yg ke 2 di Tokyo. Ada 2 orang wakil dari Indonesia, Didik Soetjipto, Andy Susila dan bertindak sebagai Team Manager Richard Soesilo.

Mengikuti Kejuaraan Dunia ke 2 di Tokoyo ini adalah hal yg paling berkesan dimana peserta Indonesia dengan postur tubuh yang kecil namun (saya), walaupun menghadapi lawan yg besar dari Iran dengan tinggi 2 meter lebih dan dengan berat badan 100 kg-an, namun saya mampu mengalahkan lawan dgn skor 5 – 0.

Pada tahun 1981 mengikuti Kejuaraan Asia Tenggara yg diselenggarakan di DKI Jakarta.

Tahun 1985 Juara Nasional dalam Kejurnas Sirkuit Nasional 2 Siliwangi Cup di Jakarta.

Pada tahun 1998 memperoleh tingkatan DAN IV.

Pengalaman yg sangat berkesan bersama Hanshi Nardi T Nirwanto SA adalah kebersamaan dan kebapakan beliau terhadap saya. Beliau selalu menasehati bahkan tidak segan2 datang kerumah saya di Bondowoso. Itu yg membuat saya terkesan bahwasanya Hanshi adalah sosok pribadi yg dekat dengan murid2nya.

“Hingga saat ini kenapa saya masih mau berada di Perguruan Pembinaan Mental Karate, karena sejak kecil saya berlatih Karate mulai usia 14 tahun sudah mempunyai ikatan bathin yg kuat terhadap Perguruan ini. Ibaratnya saya adalah Kyokushinkai dan Kyokushinkai adalah saya. Kyokushinkai dalam arti adalah Perguruan Pembinaan Mental Karate.”

Hingga saat ini di usia yg sudah tidak muda lagi, Didik Soetjipto masih aktif menjadi bagian dari Perguruan Pembinaan Mental Karate tercinta ini.

“Kalau ditanya suka duka selama berada di Perguruan Pembinaan Mental Karate, sepertinya lebih banyak dukanya daripada sukanya. Duka yg saya alami adalah setiap hari hanya hidup latihan Karate saja. Melatih dari satu tempat ketempat yg lain yang cukup melelahkan.

Dari satu kota kekota yang lain dengan menumpang bus umum ( kalau sekarang bus nya bagus-bagus, dulu saya pakai “bus klutuk”). Kadang uang saku pas2an, sampai menahan lapar dikota orang.”

“Tapi semua yang saya lakukan dgn perasaan senang, ikhlas dan suka.”

“Pesan2 saya kepada generasi muda, generasi penerus Perguruan : Semoga mempunyai semangat yang lebih dari Seniornya dan menjaga serta mencintai Perguruan dengan Hati yang bersih dan tulus.”

“Demikian sekilas perjalanan hidup saya, suka duka saya selama ada didalam Perguruan.”

Oss