Sejak peringatan Pesta Perak Perguruan, muncul suara beberapa senior agar yang muda-muda diberi wewenang untuk memanage jalannya Perguruan dengan berbagai alasan dan pemikiran yang sebenarnya rasional dan logis khususnya bidang management. Pikiran-pikiran dan kemampuan kaum muda diakui dan memang diharapkan bisa membawa perubahan nyata daripada jalan pemikiran Nardi yang sudah terlampau tradisional dan ketinggalan jaman. Pemikiran kaum muda akan lebih lincah dan up to date, sesuai dengan kemajuan dan perkembangan jaman. Gagasan ini memang beralasan.
Nardi menyadari hal ini secara utuh apalagi penghimpunan dana untuk membiayai jaring-jaring kesinambungan pembinaan dan pengkaderan para pelatih muda. Sekali lagi, Pembina adalah ujung tombak Perguruan, tanpanya semua ini laksana berdiri di awang-awang, mengambang laksana pada manusia yang berdaging tapi tanpa otot dan tulang. Mungkinkah? Saran-saran yang baik ini menjadi pemikiran Nardi dan pertimbangan yang cukup lama karena Nardi tidak hanya melihat dari sudut positifnya saja, tetapi bahkan sudut negatifnya yang mungkin muncul di kemudian hari. Banyak faktor yang menjadi pertimbangannya, bukan sesuatu yang mudah untuk diputuskan.
Yang paling dikuatirkan Nardi adalah; apabila kekompakan diantara para senior yang semula terjalin dengan baik, setelah mengalami suatu peralihan, menjadi terganggu. Hal ini akan sangat menakutkan dan akan memperlemah eksistensi dan daya tahan Perguruan. Sekitar secara keseluruhan tujuh tahun Nardi mempertimbangkan hal ini dari segala segi dan sudut pandang, sementara itu sambil melihat suasana. Memang bisa dikatakan kuno sesuai dengan management modern dan terlampau lama tetapi begitulah jalan pikiran orang tua yang sudah merasakan pahit getir keberadaannya dalam memimpin Perguruan ini.
Semua ini karena Perguruan Seni Beladiri menurut pandangan dan keyakinan Nardi bukan suatu Perusahaan. Dengan memasang iklan datanglah berduyun-duyun pelamar yang expert sesuai bidang masing-masing. Bekerja dan digaji sesuai prestasinya dan bidangnya. Perguruan Karate lain. Bukan sekedar mencari dan memilih orang pintar tetapi yang bisa diterima sebagian terbesar seluruh isi Perguruan. Masa transisi ini akan sangat sensitif karena setelah berpuluh tahun dibawah bimbingan pendirinya dan akan mudah menimbulkan perbandingan – perbandingan. Barangkali orang lain tidak akan tahan dan tidak sabar melihat ini, apalagi berada didalamnya.
Demikian banyaknya yang dialami Nardi kejadian yang tidak ringan selama memimpin Perguruan ini. Akibat ini semua, Nardi tidak bisa lepas begitu saja melihat hal-hal yang menjurus kepada kehancuran. Apabila harus hancur dan tenggelam, bagaikan seorang nahkoda kapal, maka Nardi merasa lebih baik tenggelam bersama kapalnya daripada melepas tanggung jawab dengan menyaksikan ini semua. Akibatnya pun Nardi sangat sayang akan apa yang telah dirintisnya, dikembangkan, diperjuangkan dan sebisa-bisanya atau setidak-tidaknya mempertahankan keberadaan Perguruan walau terpaksa harus mengecil. Perguruan ini merupakan satu-satunya kebanggaan yang dimilikinya bersama dalam persaudaraan dan persahabatan dengan pribadi-pribadi yang tulus dan ikhlas yang tetap perduli dan mendukungnya.
Akhirnya pada tanggal 26 Juni 1999 dideklarasikan pembentukan Presidium Perguruan dan Dewan Pertimbangan Perguruan, sebagian besar khusus Pimpinan dan Staf Inti dari Surabaya, Jawa Timur. Ini semua karena sebagai kenyataan tumbuhnya Perguruan juga dari Batu, Malang, Jawa Timur yang sebenarnya merupakan basis Perguruan, lagipula dekat dengan Pusat sebagai Pilot Project pertama kali sejak 1967. Bukan karena mengistimewakan Jawa Timur, tetapi karena kenyataan sejarah tumbuhnya Perguruan.
Satu segi yang kurang diperhitungkan dari pembentukan Presidium dan Dewan Pertimbangan Presidium ini ialah; belum tepatnya segala pertimbangan dengan kenyataan yang ada, disamping kelemahan-kelemahan lain yaitu; waktu luang yang bisa disumbangkan Pengurus karena rata-rata Pengurus Inti adalah mereka yang waktunya terbatas (sibuk) dalam membina karier pribadinya sehingga pencurahan sebagian waktunya untuk Perguruan sangat terbatas dan tidak bisa maksimal. Lagi pula kurangnya kefahaman akan seluk beluk dan segala liku-liku Perguruan yang membutuhkan kesabaran, ketelatenan, komunikasi yang intensif dan luwes serta mengetahui dan mengerti apa yang harus diprioritaskan.
Pada saat pendelegasian wewenang ini, seolah-olah semuanya dalam kegelapan. Perlu memang melakukan perubahan-perubahan tapi tidak mendadak apalagi merubah struktur ciri-ciri khas yang sudah berlaku puluhan tahun. Karena selama 32 tahun penanganan langsung oleh Nardi, maka perlu penyesuaian secara perlahan dan jauh lebih baik dari sebelumnya sehingga menimbulkan respek dan kepercayaan. Ini barangkali yang kurang menjadi proyek utama ‘First things first’ kata Stephen R.Cofey. Saat Nardi menangani Perguruan langsung, sepenuhnya memang untuk Perguruan, tiada kerja dan usaha lain. Sulit untuk orang lain berbuat demikian, bahkan 30% saja dari waktunya sulit untuk bisa dikorbankan. Hal ini merupakan hambatan dan kendala yang tidak kecil. Memang kesulitan dan keadaan ini bisa difahami. Manusia kini lebih dituntut untuk berjuang keras, tidak boleh bersantai-santai dalam membangun kariernya akibat tantangan hidup jauh lebih banyak dan berat. Siapa bersedia memikirkan tujuan lain dengan intensif apabila tuntutan kepada diri sendiri sudah demikian banyak memakan pikiran dan energi.
Dalam Perguruan Seni Beladiri perlu adanya dialog yang timbal balik (interaksi), tidak ada dan tidak berlaku istilah ‘perintah‘ tetapi sebaiknya berupa ‘permintaan‘ dan justru sedapat mungkin sebuah ‘permohonan‘ atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab karena dirinya merasa terpanggil. Hal ini sulit dilakukan dan membutuhkan ketajaman indera terselubung untuk meraba dan melaksanakannya. Salah satu ganjalan paling depan yang masih kurang dihayati.
Akibatnya, dibawah Presidium menjelang tiga tahun usianya tidak terlihat adanya tunas-tunas harapan dan masa depan yang lebih cerah, padahal Presidium diberi waktu tujuh tahun untuk mengelola Perguruan dengan point- point penting yang diharapkan Pusat secara sistimatis dan terprogram bisa dilaksanakan. Tiada usaha bisa berjalan lancar dan terarah tanpa adanya dana yang memadai dan sumber daya manusia, khusus pada Perguruan ini yang sesuai dengan maksud dan tujuan semula.
Istilah Pelatih yang sejak masa Pembentukan Presidium Perguruan diganti oleh Nardi menjadi ‘Pembina’ seperti diceritakan sebelumnya, merupakan sesuatu yang harus mendapat prioritas utama. Dalam mencari seorang calon dan membinanya hingga menjadi Pembina yang baik sesuai kriteria lebih sulit dibanding mencari seorang Sarjana untuk kebutuhan bisnis atau usaha besar lain. Sarjana bisa hanya dengan memasang iklan beserta kriterianya. Mencari Pembina tidak semudah itu.
Maka, karena rasa tanggung jawab dan sayangnya Nardi kepada Perguruan dan semua ini merupakann kesalahan serta kelemahannya, diputuskan pada Pertemuan tanggal 13 Mei 2002 di Pusat Batu, tepat pada bulan peringatan 35 tahun berdirinya Perguruan; yaitu: Presidium Perguruan dan Dewan Pertimbangan Presidium dibekukan, bukan dibubarkan. Segalanya kembali ke Pusat dan Daerah memperoleh otonomi yang lebih luas sesuai dengan apa yang dilakukan saat kepengurusan Presidium Perguruan berlangsung. Pimpinan dan organ Presidium juga bisa menyadari karena mereka adalah orang-orang yang penuh pengertian dan loyalitas tinggi.
Tanggal 28 September 2002, diselenggarakan Kejuaraan Nasional ke 31 sejak berdirinya Perguruan termasuk Sirkuit Nasional yang diselenggarakan dua kali dalam setahun dan berlangsung beberapa tahun. Kejuaraan Nasional ini diselenggarakan di DKI Jaya dan semoga sebagai titik awal kebangkitan baru II bagi Perguruan menuju perkembangan yang lebih baik. Semoga!.
KEJUARAAN NASIONAL KE 31 ini sekaligus sebagai penutup tahun 2002 pada saat Perguruan berusia 35 tahun. Demikianlah kejadian-kejadian yang cukup mendebarkan bagi Nardi selama ini. Walau masih demikian banyak lagi yang belum sempat digoreskan dalam sebuah kisah Semua kisah ini adalah nyata sesuai dengan apa yang terjadi. Baik maupun buruk. Tidak ada rekayasa samasekali. Semua bisa dipertanggung jawabkan kata Nardi. Inti dan maksud serta tujuan dari pembeberan kejadian-kejadian ini ke dalam sebuah penyampaian melalui tulisan sederhana ini ialah:
Menunjukkan secara terbuka dan terus terang bahwa tidak selancar dan semudah seperti apa yang diperkirakan orang dalam membangun dan mempertahankan Perguruan ini.Rawe rawe rantas malang malang putung. Semoga Tuhan Sang Pemurah melindungi kita semua..