Fly to Tokyo

Keberangkatan Nardi keesokan hari ke Changi Airport dijemput dan diantar Mr.Wong dari kantor imigrasi dan masih sempat sarapan pagi ditengah jalan sekedar bisa berbincang-bincang. Di Airport telah menunggu salah satu rekan diluar karate, yaitu Mr.Lee Yun Seen, seorang Sarjana Kimia dari Malaysia yang bekerja di Singapore dan tidak seorangpun dari rekan berlatih yang terlihat apalagi Mr.Chong sendiri, padahal hari itu adalah hari Minggu.

Jalan terbuka sudah. Suatu kejadian yang luar biasa. Bagi orang yang mampu dan cukup dana, kejadian ini bukan sesuatu yang luar biasa karena mereka tidak akan menghadapi kesulitan yang demikian rumit dan bertele tele, tetapi bagi Nardi yang sejak semula memang samasekali dirinya tidak berkemampuan dalam bidang finansiil, kejadian ini hampir merupakan suatu keajaiban.

Dispensasi langsung dari Kedutaan Besar Jepang (Duta Besar) yang diberikan kepada seseorang tidak mampu tanpa adanya jaminan apapun hanya bisa terjadi karena kasih Tuhan yang sanggup merealisir cita cita yang hampir mustahil menjadi kenyataan. Nardi makin yakin, jalan telah terbuka dan doa orang tuanya di Tanah Air telah membantu membawa hasil yang sulit dibayangkan bisa berhasil melalui tekad yang kuat dan bersungguh sungguh dan pengayomanNYA.

Tiba di Haneda Airport Tokyo sekitar pukul 22.00 waktu setempat benar benar dirinya merasa asing dan sendiri tetapi bahagia. Kunci menuju sukses terasa sudah berada di sakunya. Dengan membawa dua koper yang agak besar setelah menunggu beberapa saat, berjalan agak gontaikarena beban yang berat. Maklum orang desa serta baru pertamakali pergi keluar negeri untuk belajar, selalu condong untuk membawa keperluan berlebihan, demikian juga dengan dirinya.

Di bagian pengecekkan barang sebelum pintu keluar, petugas memandang ke wajah Nardi karena melihat kedua koper yang cukup besar dan berat dan memintanya agar dibuka untuk pemeriksaam. Baru saja tas dibuka petugas bertanya apa tujuan datang ke Jepang. Nardi menjawab bahwa dirinya akan memperdalam karate di Kyokushinkai – kan, Ikebukuro,Tokyo dibawah Master Mas.Oyama. Mata petugas lalu mengarah ke badge yang berada disisi kiri jas yang dipakai Nardi dan sekali lagi memandang wajah Nardi dengan tajam tetapi dengan wajah ramah sambil berkata dengan lantang: ‘Oyama Karate‘. Nardi mengiyakan, lalu petugas itu melarang Nardi menurunkan barang-barang yang lain dan langsung mempersilahkan menutup kembali kedua koper dan memperbolehkan Nardi berlalu sambil tersenyum.

Ternyata Oyama Karate cukup dikenal, pikir Nardi sambil mengucapkanterimakasih. Terutama di Tokyo, seorang pemegang tingkat kyu I pernah menghajar sekitar 7 pemuda berandalan di setasiun Ikebukro suatu waktu sehingga Oyama Karate dikenal luas. (Dikenalnya Oyama Karate yang kemudian menjadi Kyokushinkai Karate secara luas bisa dibaca pada Riwayat Mas Oyama.).

Dari Kiri ke Kanan: Yan Okuyama, Atsushi Kanamori dan Nardi sendiri.

Menjelang pintu keluar, tanpa diduga terlihat tiga orang berdiri memegang bentangan spandoek putih panjang bertuliskan:‘SELAMAT DATANG TUAN NARDI T.NIRWANTO WAKIL DARI INDONESIA‘, sambil salah seorang melambaikan bendera Merah Putih, yaitu Sdr.Yan Okuyama yang Nardi kenal wajahnya melalui foto selama berkorespondensi, juga wajah Atshushi Kanamori sensei kecuali orang ketiga yang belum pernah Nardi tahu.

Nardi disambut oleh yang paling muda dahulu diantara mereka sambil memperkenalkan satu persatu. Ternyata orang yang ketiga ini adalah Mr.Yoshio Kanamori. Yan Okuyama adalah teman korespondensi dari Tokyo, mahasiswa yang kuliah di Jepang dari Bogor yang belum pernah Nardi jumpai secara langsung. Kedua adalah Atsushi Kanamori dari Nagoya, kira kira 600 km dari Tokyo, seorang guru yang pernah Nardi sebutkan sebelumnya sebagai seorang guru dan pernah bertugas mengajar di Manado pada masa pendudukan Jepang di Indonesia dan yang terakhir Mr.Yoshio Kanamori tadi, adik Atsushi Kanamori sensei,salah seorang Manager Bagian dari Perusahaan Penerbangan JAL.

Baik Yan Okuyama, Atsushi Kanamori dan Nardi sendiri yang saling mengenal melalui korespondensi baru bertemu secara langsung malam itu di Haneda Airport.Yan Okuyamapun walau bertahun tahun berada di Tokyo baru pertamakali ini jumpa dengan Atsushi Kanamori dari Nagoya walau sudah lama juga saling berhubungan melalui surat menyurat.

Bukan Nardi saja yang tercengang akan sambutan ini. Bahkan banyak penumpang lain yang melihat adegan ini tercengang dan terheran-heran karena Nardi disebut Wakil Dari Indonesia, seorang diri tanpa pendamping dan disambut oleh 3 orang berwajah asli Jepang. Nardi merasa sedikit malu tetapi ada rasa bangga disebut wakil dari Indonesia dan sangat berterimakasih atas keperdulian dan perhatian ketiga sahabatnya ini walau belum pernah jumpa sebelumnya atau mengadakan perjanjian mengenai penjemputan ini kecuali memberitahu hari kedatangan di Haneda Airport.

Nardi berkata akan langsung dengan taxi menuju Tonan Asia Gakusei Ryuu dimana Yan Okuyama tinggal selama ini sebagai seorang Mahasiswa di Tokyo. Yan Okuyama ini yang berjanji membantu memintakan ijin satu kamar kepada Pimpinan Asrama yaitu Pendeta Katoh untuk beberapa saat sebelum Nardi bisa mendapatkan tempat persewaan lain yang definitif disekitar stasiun Ikebukuro yang dekat dengan Tokyo Honbu karena kebetulan asrama ini terletak sekitar 50 meter dari Tokyo Honbu, di sebuah gang di seberang stasiun Ikebukuro dibelakang Rumah Sakit Hiratsuka tidak jauh dari Police Headquarters. Ikebukuro termasuk stasiun K.A besar dan utama saat itu. Ini adalah suatu kebetulan yang tidak semata-mata kebetulan !

Dalam perjalanan Haneda Airport ke Ikebukuro yang terasa cukup lama, terjadi dialoog khususnya dengan Yan Okuyama yang sudah beberapa tahun tidak pernah kembali ke Bogor. Dengan Atsushi Kanamori sensei memakai bahasa Indonesia dan yang terasa kurang difahami Kanamori sensei, maka tugas Yan Okuyamalah untuk menterjemahkan dan menjelaskan.

Sedangkan dengan Mr.Yoshio Kanamori hanya dengan senyum-senyum karena hanya bisa berbahasa Jepang, sedangkan bahasa Inggrisnya yang sepotong sepotong juga agak sulit ditangkap kecuali dengan bahasa Jepang yang diterjemahkan oleh Yan Okuyama kedalam bahasa Indonesia. Walau demikian, selama tinggal di Tokyo dikemudian hari, Nardi pernah diajak Mr.Yoshio Kanamori dan keluarga berlibur beberapa hari di daerah Hakone, disebuah danau dikaki Gunung Fuji. Suasana juga akrab walau sebagian besar percakapan dilakukan dengan bahasa isyarat. Lucu juga rasanya. Malahan Mr.Yoshio Kanamori di Tokyo sering kesasar untuk keluar kota. Dia mengakui demikian luasnya Tokyo sehingga sering lupa jalur keluar daerah wisata.

–BERSAMBUNG–