World Open Karate Tournament II (1979)

Kiri ke kanan : Didik Soetjipto (peserta), Andy Susila (peserta), Master Oyama, Nardi, Richard Soesilo (Team Manager)

Pada World Open Karate Tournament II tahun 1979 Nardi diberi kenaikan tingkat menjadi DAN IV di Tokyo. Peserta yang dikirim waktu itu dua orang karateka dan belum mampu menampilkan prestasi karena ada segi ketidak beruntungan.

Didik Soetjipto setelah unggul babak I dari karateka Iran (Khosro Shirigadeh) yang jauh lebih besar dengan kemenangan skor 5 – 0, akhirnya terpaksa kalah pada pertandingan babak II melawan karateka Australia (Tony Bouwden), karena pergelangan tangan kirinya terkilir berat akibat pukulan-pukulannya yang bertubi-tubi ke arah dada dan perut lawan sehingga lawan tak berdaya, tetapi malang, pergelangan tangan kirinya dalam posisi yang kurang tepat dan terkilir. 

Sebelum melanjutkan babak II, Didik Sucipto beserta peserta WOKT II yg lain diharuskan melakukan Tameshiwari.

Andy Susila terpaksa bertanding dalam keadaan yang masih lelah tidak fit karena saat itu kami semua berdebar-debar, karena sampai pertandingan dimulai belum juga muncul. Andy Susila memang terpaksa berangkat sendiri, tidak bisa bersama-sama dengan kami karena satu dan lain sebab yang tidak mungkin dihindari sehingga harus menyusul dengan waktu yang amat mepet tadi. Gedung Tokyo Municipal Gymnasium menjadi saksi saat Andy Susila baru datang, belum sempat menenangkan dan mengkonsentrasikan diri, harus berhadapan langsung dengan karateka tuan rumah, Keiji Sanpei. Ini bukan mencari-cari alasan, tetapi kenyataan tersebut merupakan kekurang beruntungan.

Lagi pula, dalam undangan ke WOKT II ini sudah terlihat betapa Tokyo Honbu mulai tidak konsisten dan berbuat hal yang tidak semestinya, membuat Nardi kecewa dan menyadari pengaruh dan konspirasi di Tanah Air dan Singapore mulai mendapat dukungan Honbu. Perguruan ini memang unik. Dalam perjalanannya memang banyak mengalami berbagai rintangan. Tetapi apapun yang terjadi, tekad tetap menyala. Sampai Perguruan berusia 35 tahun ini, masih banyak pribadi yang konsisten dan mencintainya dengan hati yang tulus dan ikhlas. Suatu kekuatan berharga dan tak ternilai.

Didik Sucipto bertemu kembali dengan mantan lawannya Tony Bouwden pada event Kejuaraan Asia Pacific 2017 di Jakarta.