Tersapu Ombak

Sekitar pk 11.45, warga mempergunakan sabuk yang diikat satu sama lain dan mulai berderet menuju tempat korban.

Barisan karateka yang turun ke laut berjalan di kedangkalan sambil berpegangan sabuk yang merupakan tali penghubung satu sama lain menuju korban. Bagian ujung sudah sangat dekat dengan korban dan hampir bisa meraih tangan korban. Korban memang seperti berada di batas antara laut yang dangkal sedalam dada dan tepian jurang pantai yang menurut para ahli, menyebabkan arus balik bagaikan air terjun jatuh kekedalaman dengan kuat dan deras melewati dinding batas yang berlubang lubang menjorok jauh kearah tepian dibawah pantai.

Baru saja Nardi menoleh melihat ke warga yang berdiri di pantai, terutama yang puteri sambil berseru: ‘Teruslah berdoa, pasti tertolong‘. Tiba tiba, tanpa terduga ombak besar yang sebelumnya tak pernah terjadi datang bergulung-gulung dengan dahsyat menghantam rangkaian penolong. Semua yang di pantai berteriak histeris melihat kejadian ini. Barisan penolong terkena hantaman yang dahsyat ini menjadi porak poranda dan rangkaian satu dan yang lain terputus, terapung apung berserakan.

Nardi berteriak- teriak minta mereka segera kembali ke Pantai dan semua berdoa untuk mohon kerselamatan bagi para karateka yang tercerai berai itu. Air laut menjadi tenang dan baru saja Nardi membalikkan badan ke arah mereka yang di pantai sambil berteriak mengatakan bahwa doa telah didengar olehNYA, terlihat dengan makin tenangnya air laut, tetapi tanpa ampun, ombak lebih besar yang kedua datang menerjang dan menghantam sekali lagi para karateka yang masih tercecer di laut dan sedang berusaha berenang ke Pantai.

Sebagian sudah selamat sampai di Pantai, tetapi mereka yang berada di bagian ujung yang jauh dari Pantai masih belum sempat mengamankan diri, dihempaskan dan makin dicerai beraikan untuk keduakalinya. Benar benar suatu malapetaka. Sebagian, tidak tahu jumlahnya waktu itu, hanyut dengan cepat ke tengah laut. Nardi selalu terbayang tangan dan wajah mereka yang dari kejauhan dan makin jauh melambai lambai terus meminta pertolongan, sedangkan yang di pantai tidak bisa berbuat apa-apa.

Warga yang berdiri di tepi pantai menangis melihat kejadian ini. Masyarakat umumpun tidak sedikit yang ikut berteriak, menangis dan bersedih hati sedangkan petugas sambil bersilang tangan di dada melihat ini semua hanya sebagai tontonan belaka. Tanpa emosi sedikitpun di wajahnya.

Dengan cepat para karateka yang teseret arus ini menghilang dari pandangan. Yang aneh, justru korban pertama yang semula ingin ditolong itu bisa selamat terdampar diatas sebuah batu karang. Dua warga yang tersangkut di atas batu karang dalam keadaan payah juga masih terselamatkan oleh senior W, yang memang diminta oleh Nardi untuk terjun lagi kelaut walau dia sebenarnya sudah kepayahan karena baru saja selamat dari amukan ombak yang dahsyat.

Nardi dan yang lain mengikat badannya dengan tadi nylon yang datang terlambat, sambil dipegang pada ujung tali, W. berenang menuju korban yang terdampar di sebuah batu karang jauh di laut dan sanggup menyelamatkan kedua warga ini dengan tali nylon tetap melilit pada tubuhnya. Penyelamatan kedua korban berhasil dengan baik walau yang seorang sudah sangat kritis dan menelan banyak air laut sehingga wajahnya membiru, tetapi terselamatkan.

Kejadian tragis juga terjadi. Salah seorang warga yang sudah berkeluarga ikut berserta istrinya.Saat itu dia sedang duduk disamping si istri sambil menyantap roti yang dibawanya. Melihat rekan-rekannya berusaha menolong korban dengan mengikat diri pada rangkaian sabuk karategi, iapun ingin ikut membantu tetapi dilarang oleh istrinya menyadari suaminya tidak begitu pandai berenang. Maka, dengan sedikit tipuan agar istrinya pergi mengambilkan kue lagi untuknya, dia melompat lari dan ikut terjun dalam barisan penolong ini. Diapun menjadi salah satu korban diantara karateka yang hanyut dan tenggelam di laut selatan.

–BERSAMBUNG–