Kejuaraan Dunia Karate Terbuka II :
Tokyo, Kompas
Setelah terjadi keributan besar, akhirnya karateka Jepang Makoto Nakamura keluar sebagai juara Kejuaraan dunia karate terbuka II yang berakhir hari Minggu di Budokan Hall Tokyo. Di final Nakamura menundukkan rekan senegaranya Keiji Sanpei yang bibirnya nyonyor terkena tendangan karateka Indonesia Andi Susila pada putaran kedua babak penyisihan.
Kejuaraan ini sebelumnya berlangsung panas, ketika karateka negro AS Chuck Chism secara emosionil melawan Takashi Asuma dari Jepang. Sekali lagi keputusan wasit tidak adil. Asuma dimenangkan secara kontroversial. Dan ketidakpuasan menjadi-jadi ketika T. Sato juga dari Jepang dinyatakan menang lagi atas karateka negro AS Willie Williams.
Tetapi guru besar Kyokushinkai Mas Oyama memutuskan agar pertandingan diulang. William adalah favorit juara dan mempunyai berat badan 100 kg dengan tinggi 1,96 meter.
Dalam pertangdingan ulangan ini William ingin membuktikan bahwa dirinya yang paling kuat dan tinggi mutu tehniknya, langsung menghajar Sato. Postur tubuhnya yang menakutkan ditambah brewoknya menjadikan William semakin tampak sadis ditambah kemarahan yang memuncak. Belum satu menit, Sato dihajar sampai terhuyung-huyung dan menyerah. William maju ke semifinal.
Ketidak puasan William memuncak lagi ketika melawan Keiji Sanpei di semi final. Ia tidak lagi mempedulikan peraturan-peraturan yang berlaku. Keiji dibanting keluar arena dan sebelumnya dihajar dahulu tanpa mempedulikan peluit dari wasit tanda peringatan. Keiji yang sudah terkapar diluar arena itu langsung diterkam dan secara brutal didorong sampai menggeletak lagi didepan guru besar karate aliran Kyokushinkai Mas Oyama yang mensponsori pertandingan ini.
Situasi sudah tidak terkendalikan lagi, wasit-wasit Jepang mencoba melerai tetapi William semakin membabi buta. Keiji yang sudah tidak berdaya itu dijunjung tinggi-tinggi dan lalu dibantingnya lagi. Maka terjadi keributan besar. Willliam akhirnya didiskwalifikasi. Tetapi oleh para penonton non Jepang William dianggap pahlawan, yang mengungkapkan ketidak puasan kepada perwasitan yang selalu memenangkan karateka-karateka Jepang. Semua penonton bersorak-sorak mendukung William, sedang team manager AS bungkam. William pernah mengalami kepahitan pada Kejuaraan Dunia I tahun 1975.
Pimpinan kontingen Indonesia Nardi T. Nirwanto mengatakan, “William mewakili emosi kami peserta non Jepang. Biar Honbu (markas besar) Kyokushinkai tahu dengan diberi malu semacam itu. Saya sebelumnya sudah menulis surat kepada Honbu agar pengalaman 1975 jangan diulang lagi, tetapi tidak digubris.”
Ketidakadilan wasit juga nampak ketika karateka favorit dari Inggris dinyatakan kalah dari Takashi Asuma hanya karena perbedaan berat badan. Sebelumnya juga nampak ketidakadilan itu, sebab Jepang berhasil 6 pesertanya di putaran kelima dan 3 diantaranya menang hanya karena badannya lebih ringan dari lawannya.
Hasil selengkapnya : Juara I Makoto Nakamura (Jepang), II : Keiji Sanpei (Jepang), III : Willie Williams (AS), IV : T Asuma (Jepang), V: Howard Collins (Inggris), VII : Ceno Marxer (Leichtenstein), VIII: Kawabata (Jepang). Menjelang babak final ini cukup banyak karateka yang cedera karena pukulan “fullcontact” itu (Sindu).