Dendam dari Singapore

Ada kejadian lain yang benar-benar menunjukkan bahwa Nardi tidak mau dilecehkan walau sebagai tamu pada WOKT I ini yang hadir sebagai wakil Indonesia. Demikian kisahnya. Karena WOKT yang diadakan di Municipal Gymnasium Tokyo ini merupakan World Open Karate Tournament I dengan sistim Full Body Contact di Jepang, maka penonton berjubel dan terjadi antrian panjang untuk memperoleh tiket sejak pagi walau dimulai pukul 10.00. Para Petanding Indonesia bersama Petanding dari negara lain sudah disediakan tempat pada kursi baris pertama berhadapan dengan tempat duduk Nardi beserta officials, dibatasi panggung pertandingan.

Karena penonton tak terbendung, maka gedung penuh sesak dan tempat duduk terisi semua, sedangkan di depan masih banyak yang belum bisa masuk apalagi yang antri untuk memperoleh tiket. Panitia agak panik dan berbuat hal yang tidak semestinya karena karcis tetap dijual tanpa memperhitungkan keadaan gedung. Tiba-tiba Mr. Peter Chong mendatangi Nardi yang duduk sederet dengan Bapak Kol.Moertijoso dan Bapak Max Karundeng dari Sinar Harapan itu. Memang sebelumnya Nardi melihat Mr. Peter Chong mendatangi peserta Indonesia dan dari gerakan dan mimik mulutya terlihat adanya sesuatu yang kurang baik.

Terlihat jelas Peserta Indonesia diminta untuk berdiri dan pindah ke belakang. Nardi yang melihat gelagat tidak enak ini memberi tanda dengan tangan agar peserta Indonesia tetap duduk dan jangan pergi. Melihat hal ini, Mr. Peter Chong mendatangi Nardi sambil bersungut-sungut berkata bahwa peserta dari Indonesia tidak mau pindah padahal tempat sangat dibutuhkan untuk penonton yang tidak mendapat tempat. Nardi menjawab bahwa agar tetap di tempat itu memang atas instruksinya, dan mengapa kesalahan Panitia yang kurang memperhatikan jumlah tempat duduk dan tetap menjual tiket ditimpakan pada peserta Indonesia.

Itu suatu penghinaan apabila mereka sebagai wakil Indonesia harus terusir, padal yang lain tidak. Mr. Peter Chong marah, ini perintah, katanya. Nardi menjawab dengan sengit pula. ‘Biarpun Kancho Oyama yang memerintahkan, saya tidak akan memperkenankan peserta dari Indonesia pindah.! ‘Ini penghinaan!. Mr. Peter Chong pergi dengan kedongkolan tinggi.

Dendam ini dicurahkan saat ada kelompok konspirasi di Tanah Air yang didukungnya 100% hingga minta Master Oyama memecat Nardi. Master Oyama tidak bersedia. (Ada bukti surat Master Oyama). Semua ini barangkali makin menambah keinginan balas dendam kepada Nardi mengingat penolakan selama di Singapore 1970 maupun di Surabaya 1973. Memang dia tidak mau mengakui kenyataan kekalahan itu, selalu berkata bahwa pesertanya 1973 dikalahkan Indonesia secara tidak fair. Padahal ribuan mata penonton, pers dan juga Bapak Widjojo Soejono dan beberapa wakil PB FORKI serta Pejabat Teras Jawa Timur menjadi saksi.

Alangkah memalukan apabila kemenangan pada sistim full body contact ini direkayasa, karena amat nyata siapa menang siapa yang kalah. Dimana kebanggan kami dan apa artinya Pembinaan Mental Karate kalau sifat dan sikap tak terpuji ini kami anggap sesuatu yang wajar dan sah.