Gashuku

Tidak lama kemudian rombongan dari Surabaya tiba dan para peserta yang terdiri dari para karateka, ada juga yang diikuti keluarga turun, berbaris dengan rapi menuju pantai dan saat melewati Nardi, semua satu persatu menyampaikan salam ‘Oss‘. Pantai Pasir Putih yang akan dijadikan tempat rekrerasi terletak sekitar 500 meter dari pantai dimana terdapat Pendopo yang biasanya digunakan sebagai tempat Penginapan.

Untuk mencapai Pasir Putih arah ke Barat harus melewati dan mendaki bukit kecil yang menjadi pemisah antara dua pantai ini. Sampai di Pantai Pasir Putih, semua berganti pakaian dengan karate gi dan diadakan latihan ringan ditepian pantai. Saat itu, sekitar pukul 10.30 air laut agak mulai surut sehingga di tepian keadaannya dangkal, hanya sebatas lutut.

Latihan ringan sebagai pemanasan sebelum tatap muka dengan Shihan Nardi sekitar pk.11.00 air laut terlihat dangkal

Selesai latihan ringan, warga diminta oleh para senior yang ikut saat itu untuk duduk berkeliling di pasir yang agak teduh dari terik matahari. Akibat kengerian semalam yang dialaminya dalam mimpi, maka permintaan Nardi yang pertama adalah; jangan bermain di laut apalagi berenang seperti tahun lalu. Berekreasilah dan bersantailah di daratan dan bukit-bukit saja! Semua berkata ‘Oss‘ dan setuju akan himbauan ini.

Permintaan ini disampaikan setelah memberikan kata sambutan pada semua peserta. Pesan ini Nardi tekankan mengingat mimpi semalam dan kuatir hal itu sebagai pertanda kurang baik. Untuk memperkecil kemungkinan buruk yang bisa terjadi, salah satu ialah dengan menjauhi air laut itu sendiri. Sekiranya memungkinkan rasanya ingin minta pengertian agar rekreasi kali ini dibatalkan karena perasaannya yang selalu was- was. Tetapi apakah bijaksana berdasarkan mimpi membatalkan suatu kegembiraan!. Rasanya tidak sampai hati berbuat hal yang demikian.

Tiba tiba seorang warga datang dan melaporkan bahwa rekannya, walau telah dilarang olehnya sesuai permintaan Nardi tadi (yang terkenal pandai berenang) masuk ke laut dan berenang dengan memakai karate ginya. Dikemudian hari warga ini mengaku kepada Nardi sambil terisak-isak duduk disebelah Nardi di tepi pantai bahwa waktu dia masuk laut dan berenang, terasa dirinya seperti terbuai, kurang sadar apa yang diperbuatnya, akibatnya menyebabkan korban yang demikian banyak.

Dia merasa sangat terpukul hingga agak mengalami gangguan kejiwaannya walau semua kejadian ini bukan mutlak kesalahannya. Dia masuk laut dan berenang terlentang ditepian karena melihat air laut yang demikian segar padahal cuaca demikian panas saat itu. Pengakuan yang jujur dan rasa penyesalannya yang dalam ini membuat Nardi menghargai sikapnya.

–BERSAMBUNG–