Firasat buruk

Di Batu, malam Minggu tanggal 4 September Nardi pergi tidur lebih awal dari biasanya karena keesokan hari harus bangun pagi agar bisa sampai di Pantai Ngliyep bersamaan dengan rombongan dari Surabaya atau datang sebisanya lebih awal. Nardi tidak ingin terlambat, karenanya masih berpesan kepada ibunya agar dibangunkan sekiranya hingga pukul 05.00 belum keluar ruang tidur.

Malam itu Nardi tidak bisa tidur hingga larut malam, gelisah dan merasa seluruh badannya tidak seperti biasanya. Terasa seluruh sendi-sendinya ngilu dan mata sulit dipejamkan dan baru bisa tidur sekitar pukul 02.00. Baru saja jatuh tertidur Nardi bermimpi sangat menyeramkan (Night mare) Nardi merasa duduk disebuah ruangan tidak terlalu besar dekat jendela dan suasana remang-remang hanya bercahayakan sebatang lilin disudut ruangan.

Tiba-tiba, dari jendela dibelakang Nardi duduk muncul sosok manusia berwajah tengkorak dan sangat mengerikan. Mahluk menyeramkan itu tiba-tiba mengayunkan tangan kanannya lewat jendela dan berusaha untuk menikam punggung Nardi. Seketika itu Nardi berkelit dan menghindar serta lari ke sudut lain dari ruangan tersebut lalu tersentak dan terbangun.

Keringat dingin membasahi tubuhnya dan jantung berdebar-debar serta timbul rasa ngeri dan takut yang luar biasa. Karena mimpi yang menyeramkan ini Nardi jadi sulit untuk tidur kembali. Rasa takut masih menghinggapi dirinya dengan perasaan yang tidak enak, akibatnya,waktu bel berdering pukul 05.00, Nardi merasa masih sangat ngantuk. Pintu diketuk oleh ibunya untuk dibangunkan. Nardi menjawab bahwa dirinya masih ingin berbaring hingga pukul 06.00 karena hampir semalaman tidak bisa tidur. Ibunya memahaminya.

Karena terlambat bangun, Nardi harus tergesa-gesa mempersiapkan diri dan berangkat dalam keadaan kurang santai karena terburu-buru kuatir terlambat. Jarak Batu sampai ke Pantai Ngliyep memakan waktu sekitar 2 jam karena jalanan juga tidak terlalu mulus. Baru berkendaraan sekitar 15 menit disadarinya bahwa kamera yang memang dipersiapkan untuk mengambil gambar saat di Pantai nanti, tertinggal.

Dengan tergopoh-gopoh Nardi memutar kendaraan untuk kembali mengambilnya. Suasana jadi tegang dan makin terdesak waktu sehingga rencana untuk menjemput dan mengajak salah seorang Pelatih di Malang untuk menemaninya, dibatalkan dan Nardi terus melaju menuju Malang selatan.

Hati Nardi terus berdebar- debar. Sekitar 5 Km dari Pantai Nardi berhenti, mencoba menenangkan pikiran sambil duduk di tepi jalan yang diayomi pepohonan yang rimbun dan sejuk. Sampai di Ngliyep sekitar pukul 10.00 dan suasana masih sepi. Dari petugas pintu masuk, Nardi mendapat jawaban bahwa belum ada rombongan yang datang hingga saat itu sehingga Nardi merasa lega, berarti tidak didahului rombongan dari Surabaya. Sambil berdiri melihat jauh kearah laut, Nardi tidak bisa lepas dari bayang bayang mimpi semalam.

–BERSAMBUNG–